Padang, SESUMBAR.COM – Di bawah langit Padang yang cerah, aroma durian menguar kuat memenuhi udara pagi di sepanjang Jalan Sudirman. Minggu (2/2) yang biasanya hanya diisi oleh para pesepeda dan pejalan kaki dalam rutinitas Car Free Day, kini berubah menjadi arena pesta rakyat yang mempertemukan ribuan warga dengan “raja buah” kebanggaan Nusantara.
Festival Makan Durian Basamo — dalam bahasa Indonesia berarti “bersama” — bukan sekadar acara makan durian biasa. Di balik gagasan yang diinisiasi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat ini, tersimpan harapan besar untuk menggerakkan roda ekonomi dan memajukan UMKM lokal.
Muhidi, Ketua DPRD Sumatera Barat, yang hadir di tengah kerumunan warga yang antusias, melihat potensi besar dari festival perdana ini. Meskipun masih ada catatan yang perlu diperbaiki, matanya berbinar membayangkan bagaimana acara ini bisa berkembang di masa depan.
“Tahun depan, kita harus siap lebih matang,” ujarnya sambil mengamati antusiasme warga yang membanjiri area festival. “Masyarakat yang sangat antusias ini harus bisa terlayani dengan lebih baik lagi.”
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, yang juga hadir dalam acara tersebut, memimpikan festival ini sebagai momentum pemersatu. “Keindahan ini, semoga bisa kita hadirkan dalam segala situasi. Termasuk dalam menggerakkan roda pembangunan ke depan,” ucapnya penuh harap.
Selama empat jam, dari pukul 06.00 hingga 10.00 WIB, kawasan depan Kantor Gubernur dan Mapolda Sumbar menjadi saksi bagaimana sebuah festival buah bisa menyatukan berbagai lapisan masyarakat. Kapolda Sumbar Irjen Pol Gatot Tri Suryanta dan jajaran Forkopimda turut membaur dalam kemeriahan ini.
Di balik kesuksesan festival, pemerintah juga tak lupa memperhatikan dampak lingkungan. Mahyeldi mengungkapkan bahwa Dinas Lingkungan Hidup telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota untuk menangani limbah yang dihasilkan dari festival tersebut.
Festival ini menjadi bukti bahwa tradisi makan durian bersama bukan sekadar ritual memuaskan lidah, tetapi juga bisa menjadi katalis perubahan ekonomi dan pemersatu masyarakat Ranah Minang. Sebuah festival yang mungkin akan dikenang sebagai awal dari tradisi baru di tanah Sumatera Barat.(*/ope/ist)