NasionalOpini

Membalas Luka dengan Pelukan Kebaikan: Teladan dari Hati yang Lapang

×

Membalas Luka dengan Pelukan Kebaikan: Teladan dari Hati yang Lapang

Sebarkan artikel ini

Oleh Dr Aqua Dwipayana

“Saya selalu teringat pesan Pak Aqua, bahwa kita harus memuliakan tamu, meski mereka pernah berbuat jahat kepada kita.”

Kalimat itu datang dari seorang teman yang siang itu membagikan kabar penuh makna kepada saya, lengkap dengan foto saat ia mentraktir makan siang rombongan tamu dari luar kota. Yang membuat saya terenyuh, tamu-tamu itu adalah orang-orang yang pernah menyakitinya puluhan tahun lalu. Tak hanya menjamu, ia bahkan memberikan oleh-oleh dengan wajah berseri dan hati lapang.

Teman saya melanjutkan pesannya, “Jika saya tidak belajar dari Pak Aqua, saya tidak akan sanggup bersikap seperti ini. Sejak mengenal bapak, banyak perbuatan positif yang saya praktikkan. Mulai dari hal kecil hingga yang besar. Saya belajar langsung dari bapak—bukan hanya kata-kata, tapi teladan nyata.”

Mendengar itu, saya ikut merasakan kebahagiaan yang ia alami. Saya membayangkan wajah para tamunya yang tentu terkejut. Mungkin sebelum bertemu, mereka masih dihantui rasa bersalah atau sekadar tak menyangka akan diperlakukan begitu mulia. Namun justru mereka disambut dengan keramahan luar biasa.

Baca Juga:  Kunjungan Pakar Komunikasi Dr. Aqua Dwipayana ke Lanud I Gusti Ngurah Rai

Saya sungguh mengapresiasi sikap teman saya ini. Ia menunjukkan jiwa besar. Tidak membalas keburukan dengan keburukan, tapi dengan kehangatan dan kebaikan. Ia memilih untuk menekan ego, memaafkan sepenuh hati, dan hidup tanpa dendam.

Jangan Menyimpan Sampah di Hati

Kepada siapa pun, saya selalu berpesan: jangan simpan “sampah” dalam hati dan pikiran. Dendam, sakit hati, dan kebencian hanya akan menjadi beban. Hidup akan terasa lebih ringan saat kita belajar memaafkan.

Tidak perlu membalas perilaku buruk. Mereka yang berkata kasar atau berlaku negatif, justru sedang merendahkan dirinya sendiri—baik di mata manusia maupun di hadapan Tuhan. Kita tak perlu turun ke level yang sama.

Saya sendiri telah mempraktikkan prinsip ini selama puluhan tahun. Dan hasilnya? Dahsyat. Orang-orang yang awalnya memusuhi, akhirnya luluh oleh kebaikan. Bahkan banyak dari mereka yang datang, mengakui kesalahan, dan mengucap terima kasih karena telah “disadarkan”.

Baca Juga:  Pakar Komunikasi Dr Aqua Dwipayana Mengajak Guru dan Pegawai Yayasan Hang Tuah Merefleksikan Kembali Pola Pikir dan Sikap Kerja

Saat itu saya selalu menjawab, “Semua ini karena Tuhan. Bersyukurlah kepada-Nya, bukan kepada saya.”

Tak Ada Kata Terlambat untuk Berubah

Salah satu hal paling mulia adalah ketika seseorang sadar akan kesalahannya, lalu dengan rendah hati meminta maaf dan memperbaiki diri. Tidak ada manusia yang sempurna. Mengakui kesalahan bukan tanda kelemahan, tapi justru tanda kedewasaan dan kekuatan jiwa.

Dan yang terpenting: jangan ulangi kesalahan yang sama. Jadikan pengalaman hidup sebagai guru terbaik. Semua kejadian, termasuk luka dari masa lalu, bisa menjadi pijakan untuk melompat lebih tinggi.

Jadilah Teladan di Lingkungan Kita

Kita tidak hidup sendiri. Sikap kita menjadi cermin bagi orang lain—keluarga, sahabat, dan lingkungan. Saat kita memilih untuk menjadi pribadi yang ikhlas, memaafkan, dan menyebarkan kebaikan, percayalah, energi itu akan menular.

Baca Juga:  Jejak Silaturahim: Untaian Doa di Usia 55 Tahun

Seperti yang dilakukan teman saya itu. Ia tidak hanya menularkan semangat kebaikan kepada tamunya, tetapi juga kepada saya dan siapa saja yang mendengar kisahnya.

Dari rumah saya di Bogor yang sore itu diguyur hujan deras, saya mengetik tulisan ini dengan penuh rasa syukur. Semoga kisah ini menginspirasi siapa pun yang membacanya untuk terus belajar menjadi lebih baik. Tidak perlu menunggu sempurna. Mulailah dari satu tindakan kecil yang dilandasi ketulusan hati.

#Aqua Dwipayana adalah Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional yang sudah berpengalaman puluhan tahun

#Salam hormat untuk Anda dan keluarga. Mari kita terus berproses menjadi pribadi yang membawa damai.

#18.40 | 28 Juni 2025 | Dari Bogor yang sejuk ☔🇮🇩

 

Example 120x600