PADANG, SESUMBAR.COM — Langit siang di atas Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Kamis 1 Mei 2025, tampak teduh seolah menjadi saksi bisu momen yang jauh lebih bermakna dari sekadar sebuah seremoni pengukuhan organisasi olahraga. Di tengah agenda resmi Pengukuhan Pengurus PELTI Sumbar, terselip secercah cahaya keikhlasan yang menyentuh sisi terdalam nurani. Sebuah kejutan yang tidak dirancang oleh protokoler, tapi hadir dari hati—tulus dan apa adanya.
Ketika suara merdu Faiz Bunainal Qisthi mengalun membacakan ayat suci Al-Qur’an, suasana ruangan yang semula formal berubah menjadi khusyuk. Suaranya jernih, bersih, dan menembus ke relung batin. Tak hanya audiens yang terdiam, tapi juga sang Ketua Umum PELTI, Prof. Dr. H.A.M Nurdin Halid, yang tersentak haru.
“Saya terkesima,” ucap Nurdin, matanya berkaca-kaca. “Untuk itu, Faiz saya hadiahkan beasiswa plus umrah bagi orangtuanya.”
Sontak ucapan itu membuat hadirin terpana. Tak ada formalitas. Tak ada skrip tertulis. Hanya getaran nurani dari seorang tokoh nasional yang menyadari bahwa keagungan bukan hanya milik yang juara di lapangan, tapi juga milik mereka yang juara dalam menjaga Kalam Ilahi.
Ketulusan yang Tak Direncanakan
Nurdin Halid bukan hanya dikenal sebagai politisi dan Ketua Umum PELTI. Ia adalah pribadi yang—sebagaimana diungkapkan banyak orang dekatnya—mudah tersentuh oleh ketulusan. Faiz, pemuda sederhana dari Solok, bukanlah selebritas atau tokoh besar. Namun lantunan ayat yang ia hafal dari kecil itu mampu mengetuk pintu hati seorang pemimpin nasional.
“Saya ingin Faiz terus menghafal. Kalau sampai 30 juz, Ketua PELTI Sumbar lapor ke saya. Saya tunggu kabar baiknya,” ucap Nurdin dengan semangat, seakan sedang menanam bibit harapan di ladang masa depan seorang anak bangsa.
Remaja Multitalenta Penuh Cita
Faiz Bunainal Qisthi bukan hanya seorang hafizh. Ia juga petenis muda berbakat. Finalis ganda putra KU-18 Kejutnas Junior Tennis 2025 dan peserta Pra-Popnas 2024. Sebuah kombinasi langka: ketangguhan fisik dan spiritual berjalan beriringan dalam dirinya.
Anak pasangan Zulbadri dan Fitria Agustin ini adalah lulusan Pondok Pesantren BUMI BOS Kota Solok. Kini, ia menempuh pendidikan tinggi di UIN Imam Bonjol Padang, jurusan Hukum Keluarga. Dalam jejak langkahnya, tak hanya prestasi olahraga yang ia tapaki, tapi juga deretan prestasi keagamaan. Dari MTQ tingkat kota hingga provinsi, Faiz membawa harum nama keluarga dan kampung halamannya.
Makna di Balik Hadiah
Di tengah budaya yang kerap mereduksi apresiasi sebatas medali atau plakat, Nurdin Halid menunjukkan bentuk penghargaan yang lebih bermakna: beasiswa dan ibadah. Hadiah yang bukan sekadar simbol, tapi sebuah pengakuan atas perjuangan seorang remaja yang menjaga kalam Tuhan di tengah godaan zaman.
Prof. Syahrial Bakhtiar, Ketua PELTI Sumbar dan tokoh olahraga nasional asal Ranah Minang, menyebut hadiah ini sebagai “penghargaan paling berarti” yang pernah diterima Faiz.
Dan memang demikianlah seharusnya. Di balik setiap hafalan yang diulang Faiz dalam sunyi malamnya, ada tangis, ada tekad, dan ada harapan. Dan kini, harapan itu disambut oleh tangan yang tepat—tangan yang memimpin dengan hati.
Kadang, dalam sebuah acara yang terlihat biasa, tersimpan kisah luar biasa. Dari podium PELTI, lahirlah semangat baru bagi seorang Faiz, dan mungkin bagi banyak anak muda lainnya. Nurdin Halid telah mengajarkan satu hal penting: bahwa menjadi pemimpin bukan soal jabatan, tapi soal kemampuan mendengar suara hati, dan menjawabnya dengan ketulusan.
Sebab, hadiah terbaik adalah yang datang dari hati.(ags/ope)