Kapalo Koto, SESUMBAR.COM – Angin kencang yang berhembus di Kapalo Koto sore itu tak menyurutkan semangat puluhan anak yang berkumpul di Medan Bapaneh Maha Karya, Jorong Gurun, Sungai Tarab, Luhak Nan Tuo. Mereka datang bukan sekadar untuk belajar membuat layangan, tetapi juga untuk menyelami filosofi mendalam yang terkandung di dalamnya.
Bagi banyak budaya, layang-layang bukan hanya permainan. Ia adalah simbol harapan, kebebasan, dan impian yang terbang tinggi ke langit, seolah mengirimkan doa dan cita-cita ke angkasa. Selain itu, layangan juga merupakan karya seni yang indah dipandang dan bagian dari tradisi yang patut dilestarikan.
Belajar Lebih dari Sekadar Menerbangkan Layangan
Sore itu, sekitar 40 anak dengan penuh perhatian mengikuti arahan Isil Ateng, seorang pengajar yang membimbing mereka dalam setiap detail pembuatan layangan. Mulai dari meraut bambu hingga menimbang keseimbangan layang-layang agar tetap stabil di udara, setiap proses mengajarkan kesabaran dan ketelitian—sebuah filosofi kehidupan yang berharga.
Pendiri Medan Bapaneh Maha Karya, Febby Dt Bangso, menjelaskan bahwa tempat ini bukan sekadar ruang belajar keterampilan, tetapi juga pusat pembelajaran nilai-nilai luhur.
“Di Medan Bapaneh, kami tak hanya mengajarkan teknik pembuatan layangan. Kami juga memberikan pelatihan dari FDB Institute, termasuk silek tuo, pasambahan, musik, dan tari tradisional. Kini, kami mengembangkan konsep Kapalo Kota Lapau Akademi dan Sekolah Alam, yang menghadirkan materi seperti Pitaruah Ayah, Pasan Mandah, Pituah Mamak, dan Baraja ka Alam,” ujar FDB.
Program ini melibatkan berbagai narasumber, mulai dari IKAL Lemhannas yang menanamkan nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan, hingga Bundo Kandung dan LKAAM yang memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi muda.
Membangun Harapan dan Impian untuk Masa Depan
Lebih lanjut, Febby Dt Bangso menegaskan pentingnya membangun motivasi dalam diri anak-anak. Salah satu caranya adalah dengan memperkenalkan tokoh-tokoh besar Minangkabau serta menghadirkan figur inspiratif dari tingkat daerah hingga nasional.
“Kami ingin anak-anak di kampung ini memiliki hope dan dream. Dengan melihat sosok-sosok yang berhasil, mereka akan percaya bahwa mereka juga bisa meraih mimpi-mimpi besar mereka,” tambahnya.
Sebagai seorang doktor pariwisata, Febby terus mengembangkan konsep Medan Bapaneh agar bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga ruang bermain yang menghadirkan permainan tradisional. Dengan begitu, anak-anak tidak hanya mendapatkan keterampilan, tetapi juga membangun karakter dan cita-cita.
Di balik layang-layang yang terbang tinggi, terselip harapan besar bagi anak-anak di Medan Bapaneh Maha Karya—agar kelak mereka juga dapat terbang setinggi mimpi-mimpi mereka.(*/ist/fdb/ope)