NagariNasional

Cahaya dari Pasia Laweh: Sebuah Nagari, Seribu Pendakwah

×

Cahaya dari Pasia Laweh: Sebuah Nagari, Seribu Pendakwah

Sebarkan artikel ini

Palupuh, SESUMBAR.COM– Langit pagi di Pasia Laweh, Kecamatan Palupuh, Agam, terasa lebih jernih dari biasanya. Sejuknya udara pegunungan menyatu dengan semangat yang membara dari hati warga nagari. Hari itu, Jumat, 4 Juli 2025—sejarah baru ditulis oleh sekelompok orang biasa, dari sebuah nagari yang jauh dari hiruk-pikuk kota, namun besar dalam cita-cita dan iman.

Satu Muharram lalu, tepat di awal tahun baru Islam, Pemerintah Nagari Pasia Laweh meluncurkan sesuatu yang tak biasa: Sekolah Dakwah Nagari (Sadri). Program ini bukan sekadar kegiatan seremonial keagamaan, tetapi sebuah gerakan perubahan, terstruktur dan terukur. Sebuah jalan panjang menuju harapan: menjadi nagari pertama yang melahirkan seribu pendakwah.

Apa yang terdengar mustahil di awal, perlahan menjadi nyata. Tiga kampus dakwah dibuka: di Kantor Wali Nagari, di Pondok Al-Qur’an Siti Alifah Lalang, dan di MTS Pasia Laweh. Majelis-majelis taklim dibentuk di seluruh penjuru nagari—dari jorong ke jorong, dari rumah ke rumah, dan dari masjid ke hati.

Baca Juga:  Gerindra di Puncak Kedigjayaan: Prabowo dan Soliditas 80% Parlemen

Warga dari berbagai usia dan latar belakang berkumpul. Ada anak-anak kecil yang baru bisa melafalkan Al-Fatihah, ada para ibu rumah tangga yang sehari-hari bergelut dengan pekerjaan domestik, ada remaja yang baru menemukan arah hidup, bahkan ada kaum bapak dan guru mengaji yang dengan rendah hati kembali menjadi murid.

“Kami semua belajar bukan untuk menjadi ustadz yang dikagumi, tapi untuk menjadi cahaya bagi keluarga kami sendiri,” ujar Mardian, salah satu peserta dari Kelas Keluarga Dakwah, matanya berkaca-kaca saat selesai menyampaikan tausiah pertamanya.

Program Sadri bukan hanya soal dakwah di podium, tapi tentang menyentuh kehidupan. Tentang menjadikan ilmu agama sebagai bagian dari nadi keseharian. Tentang mendekatkan langit ke bumi dengan kata-kata yang menyejukkan, bukan menghakimi.

Dan hari itu, kelas terakhir ditutup dengan kemenangan sunyi yang menggema hingga ke langit Palupuh: 124 pendakwah baru diwisuda, menandai tercapainya 1.000 pendakwah yang dilahirkan dari rahim nagari.

Baca Juga:  Demi Generasi Emas Nagari, Wali Nagari Pasia Laweh Teken 8 Langkah Emas Bareng SMAN I Palupuh

Wali Nagari, Zul Arfin Dt. Parpatiah, tak dapat menyembunyikan rasa harunya. “Alhamdulillah, hari ini lengkap sudah. Ini bukan soal jumlah, tapi tentang bagaimana cahaya Islam menyala dari rumah-rumah di nagari kita,” katanya lirih, namun tegas.

Sadri bukan bekerja sendiri. Dukungan datang dari Dewan Dakwah, Kementerian Agama, BAZNAS, KUA, hingga para penyuluh dan pendakwah lokal yang pulang dari perantauan untuk ikut menyumbangkan ilmunya. Bahkan pembiayaan sekolah ini bersumber dari wakaf, infak, dan sedekah, ditambah dorongan dari APB Nagari dan APBN.

Zul Arfin menyebut bahwa lulusan Sadri akan dihimpun dalam Himpunan Ustadz-Ustadzah Nagari dan diberi ruang berdakwah melalui tausiah tujuh menit di setiap waktu salat, agar semangat dakwah terus menyala dari masjid ke masjid.

Baca Juga:  Mayjen Kunto Arief Resmi Pimpin Kogabwilhan I, Pertama kali TNI AD Duduki Jabatan Strategis

Sebagai bagian dari gerakan spiritual ini, sebelumnya juga telah digelar pawai obor dengan 1.447 obor di seluruh jorong, gerakan thaharah masjid dan mushalla oleh lebih dari 1.000 warga, serta pembentukan Majelis Sholawat Nariyah (Masyitah) dan Badan Dakwah Masjid.

“Sadri adalah gerakan yang lahir dari rahim nagari. Ini bukan hanya capaian administratif, tapi momentum perubahan peradaban. Dengan kolaborasi dan ketulusan, Pasia Laweh kini bukan sekadar tempat, tapi gerakan,” tutup Zul Arfin.

Pemerintah Nagari Pasia Laweh juga tengah mempersiapkan pengajuan rekor ke Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai nagari pertama di Indonesia yang sukses mencetak 1.000 pendakwah dalam waktu singkat.

Dengan semangat kolektif, dedikasi warga, dan kekuatan nilai-nilai Islam, Pasia Laweh kini menjelma menjadi ikon kebangkitan spiritual dari jantung Minangkabau, membuktikan bahwa kemajuan nagari bisa dimulai dari cahaya dakwah yang menyentuh hati umat.(*)

Example 120x600