Menginspirasi Dunia: Syaikh Muhammad Thahir Al Qiram, 15 Tahun di Penjara, Tetap Menyuarakan Keadilan
Oleh: Sastri Bakry
Langit Palestina tak pernah benar-benar tenang. Di bawah bayang-bayang penjajahan, di tengah reruntuhan yang mengisahkan luka, masih ada suara yang tak pernah padam—suara perjuangan, suara kebenaran. Syaikh Muhammad Thahir Al Qiram adalah salah satu di antara mereka yang tak gentar, meski 15 tahun hidupnya ia habiskan dalam jeruji besi. Rumahnya yang dulu berdiri megah dengan empat lantai, kini hanya tinggal kenangan setelah dihancurkan oleh pasukan Israel. Keluarganya pun banyak yang menjadi korban kebiadaban. Namun, semua itu tak mampu meredam semangatnya dalam menyuarakan keadilan bagi Palestina.
Kini, di bulan Ramadhan yang suci, Syaikh Muhammad Thahir Al Qiram hadir di Sumatera Barat, membawa pesan perjuangan yang menggugah hati. Agenda ceramahnya padat sejak ia menginjakkan kaki di tanah Minang. Salah satu momen yang berkesan adalah saat ia berbuka puasa di rumah saya, atas fasilitasi Ketua Asosiasi Siti Manggopoh, Bundo Ida Basnurida. Sungguh kebahagiaan yang tak terkira bisa menyambutnya, berbincang, dan merasakan pancaran semangatnya yang luar biasa. Hadirin dari berbagai kalangan—keluarga, sahabat, relasi dari Panitia IMLF, SATUPENA Sumbar, hingga Asosiasi Siti Manggopoh—merasakan aura perjuangan yang begitu kuat.
Air Mata untuk Palestina
Ceramah Syaikh begitu menggetarkan hati. Kata-katanya menembus relung terdalam, membangkitkan kesadaran bahwa Palestina bukan sekadar isu politik, melainkan panggilan kemanusiaan. Air mata jatuh tanpa bisa ditahan ketika membayangkan anak-anak Palestina yang hidup dalam ketakutan, di bawah bayang-bayang serangan bom yang setiap saat bisa merenggut nyawa mereka. Perdamaian memang telah diupayakan, tetapi kewaspadaan tetap harus dijaga. Sejarah telah mengajarkan bahwa janji-janji yang diucapkan oleh Israel kerap kali tak ditepati.
Bagi umat Islam, Masjidil Aqsa adalah amanah suci yang harus dipertahankan. Masjid yang dibangun oleh Umar bin Khattab itu adalah simbol keberanian, persatuan, dan keteguhan hati. Maka, pertanyaan besar pun muncul: bagaimana kita bisa menjaga Masjidil Aqsa?
Palestina Akan Selalu Ada
Syaikh Muhammad Thahir Al Qiram menjawab dengan penuh keyakinan. “Palestina hanya berpenduduk sekitar dua juta jiwa, separuh dari jumlah penduduk Sumatera Barat. Setiap hari ada yang gugur, tetapi Allah telah menakdirkan selalu ada yang lahir. Palestina tidak akan hilang karena generasi baru terus tumbuh dengan cinta pada tanah air dan keberanian yang diwariskan.”
Kata-kata itu seakan menjelma menjadi bara yang menghidupkan semangat. Saya teringat laporan Reuters tentang seorang perempuan Palestina, Um Moatasem Al-Alami, yang rumahnya hancur akibat serangan Israel. Dengan penuh keteguhan, ia berkata, “Bahkan jika semua prajurit kami tewas, kami akan tetap berjuang.”
Ketakutan bukan lagi bagian dari kehidupan mereka. Bagi rakyat Palestina, mempertahankan tanah air adalah harga diri. Perjuangan mereka menggema di seluruh dunia, termasuk di hati kita yang jauh dari medan pertempuran. Ada banyak cara untuk membantu: dari mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Gaza, hingga sekadar berdonasi, menyebarkan informasi, atau berdoa untuk keselamatan mereka. Kita harus memastikan anak-anak kita memahami keberpihakan yang benar sejak dini. Terlepas dari perbedaan strategi Hamas dan Fatah, tujuan mereka tetap satu: membebaskan Palestina.
Doa dan Solidaritas
Di akhir acara, saya mendapat kehormatan menerima syal khas Palestina dari tangan Syaikh Muhammad Thahir Al Qiram. Sebuah simbol yang mengingatkan saya bahwa perjuangan ini belum usai. Bahwa kita semua memiliki peran dalam membela mereka yang tertindas.
Ramadhan ini, mari perbanyak ibadah dan doa untuk saudara-saudara kita di Palestina. Semoga hati kita selalu terbuka untuk berbagi kepedulian. We stand for Palestine. Aamiin.(*)