Kapalo Koto, Tanah Datar, SESUMBAR.COM – Di jantung Minangkabau, tepatnya di Jorong Gurun, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, terdapat sebuah destinasi wisata yang lebih dari sekadar tempat rekreasi. Kapalo Koto hadir sebagai pusat pembelajaran budaya, seni tradisi, dan kearifan lokal Minangkabau yang menghidupkan kembali nilai-nilai luhur nenek moyang.
Medan Bapaneh: Menjaga Warisan Leluhur
Di kawasan ini, FDB Institute menginisiasi berbagai program pelestarian budaya. Setiap Senin dan Rabu, anak-anak hingga dewasa dapat belajar Silat Tuo dan Silat Minang, seni bela diri yang sarat filosofi. Kegiatan pasambahan atau panitahan—seni berbicara dalam adat Minang—juga menjadi bagian dari pendidikan budaya di sini. Sementara itu, setiap Minggu, Kapalo Koto menggeliat dengan kelas menari, musik tradisional, puisi, dan sastra.
Tak hanya itu, tradisi Pacu Jawi, perlombaan sapi khas Minangkabau, turut memperkaya kekayaan budaya yang ditawarkan di tempat ini. Kearifan lokal semakin diperkuat dengan kehadiran Lapau Academy dan Sekolah Alam, tempat anak-anak belajar tentang demokrasi ota lapau—tradisi diskusi khas Minang yang melatih intelektualitas dalam berunding dan bertukar pikiran.
Menghidupkan Tradisi dan Permainan Anak Nagari
Kapalo Koto juga menghadirkan kembali permainan tradisional yang sarat nilai filosofis, seperti layang-layang, sepak rago, dan berbagai permainan klasik lainnya. Nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan tertanam dalam setiap aktivitas, disertai dengan wejangan bijak dari tokoh adat melalui pitaruah ayah, pasan mandeh, dan pituah mamak—petuah yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam membentuk karakter generasi muda. Baraja ka alam dan kelas inspirasi
Gerakan “Jago Luhak Nan Tuo” dan Harapan Masa Depan
Dr. Febby Dt. Bangso, seorang doktor pariwisata dan alumni Lemhannas RI, adalah sosok di balik gerakan “Jago Luhak Nan Tuo” yang bertujuan melestarikan budaya Minangkabau melalui inisiatif “Sato Sakaki”. Menurutnya, program ini diharapkan berkembang menjadi gerakan partisipatif masyarakat, merangkul perantau di ranah maupun rantau agar budaya Minang tetap lestari.
“Kita ingin anak-anak memiliki harapan dan mimpi besar untuk masa depan mereka. Dengan memahami budaya dan tradisi sendiri, mereka akan lebih kuat dalam menghadapi dunia,” ujarnya.
Lebih dari sekadar destinasi wisata, Kapalo Koto bercita-cita menjadikan luhak nan tuo sebagai jantung minangkabau tapi bagaimana luhak nan tuo bisa menjadi pusat pengembangan kebudayaan Melayu Asia. Sebab, ketahanan budaya adalah pondasi ketahanan daerah, yang pada akhirnya memperkokoh ketahanan nasional.
Bagi siapa pun yang ingin menyelami kekayaan budaya Minangkabau secara langsung, Kapalo Koto membuka pintunya. Saksikan sendiri bagaimana tradisi hidup dan berkembang di tanah yang kaya akan nilai dan sejarah ini.(*/FDB)