Tanah Datar, SESUMBAR.COM – Luhak Nan Tuo, yang mencakup Kabupaten Tanah Datar di Sumatera Barat, memiliki posisi istimewa dalam sejarah dan budaya Minangkabau. Dikenal sebagai pusat peradaban Minangkabau, wilayah ini menjadi saksi perjalanan panjang adat, seni, dan tradisi yang diwariskan turun-temurun.
Dr. Febby Dt. Bangso, seorang doktor pariwisata dan alumni Lemhannas RI, berupaya menghidupkan kembali nilai-nilai kebudayaan melalui Gerakan Jago Luhak Nan Tuo dan Sato Sakaki.
Luhak Nan Tuo: Jantung Budaya Minangkabau
Sebagai pusat Kerajaan Pagaruyung sejak abad ke-14, Tanah Datar berperan penting dalam sistem pemerintahan adat Minangkabau. Struktur kepemimpinan *Rajo Tigo Selo* (Raja Alam, Raja Adat, dan Raja Ibadat) menjadi bukti kuatnya sistem adat yang masih bertahan hingga kini. Luhak Nan Tuo juga memainkan peran besar dalam proses Malayisasi di Asia Tenggara, terutama setelah jatuhnya Kesultanan Melaka pada 1511, yang membuat budaya, bahasa, dan adat Melayu tersebar luas.
Inisiatif Dr. Febby Dt. Bangso
Sebagai tokoh asal Nagari Gurun, Kecamatan Sungai Tarab, Dr. Febby aktif dalam berbagai gerakan sosial dan budaya. *Gerakan Jago Luhak Nan Tuo* bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian budaya, khususnya bagi generasi muda. Program ini mengajarkan nilai-nilai adat, Pancasila, kebangsaan, serta mengadakan kelas inspirasi.
Selain itu, Gerakan Sato Sakaki menanamkan filosofi kebersamaan dan gotong royong dalam masyarakat Minangkabau. Konsep ini menekankan pentingnya ikatan sosial yang kuat dalam membangun daerah dan menjaga kearifan lokal.
FDB Institute, Lapau Academy, dan Medan Bapaneh Maha Karya
Melalui FDB Institute dan Lapau Academy, Dr. Febby berusaha mengajarkan nilai-nilai adat kepada generasi muda melalui berbagai konsep pembelajaran, seperti:
Pasan Mandeh (Pesan Ibu): Pedoman hidup yang menekankan moral, etika, dan adat.
Pitaruah Ayah (Petuah Ayah): Nasihat yang mengarahkan anak pada norma dan adat Minangkabau.
Pituah Mamak (Petuah Paman): Ajaran tentang kehidupan dan tanggung jawab sosial.
Baraja ka Alam (Belajar kepada Alam): Mengambil hikmah dari alam sebagai sumber pembelajaran.
Lapau Academy menjadikan lapau (warung kopi) sebagai pusat pembelajaran informal. Program ini diharapkan dapat membentuk karakter generasi muda Minangkabau agar memahami dan mengamalkan warisan budaya mereka.
Kegiatan Budaya di Medan Nan Bapaneh
Program Gerakan Jago Luhak Nan Tuo, Sato Sakaki juga menghadirkan berbagai kegiatan budaya di Medan Nan Bapaneh, Jorong Gurun, Sungai Tarab. Beberapa kegiatan utama meliputi:
Kelas Silek Tuo: Pelatihan seni bela diri tradisional Minangkabau (Senin malam).
Kelas Pasambahan atau Manitah: Pembelajaran seni berbicara dalam adat Minang (Rabu malam).P
Pelatihan Musik Tradisional dan Tari Minang: Mengajarkan seni musik dan tari tradisional (Minggu pagi).
Dengan berbagai inisiatif ini, Dr. Febby Dt. Bangso berharap Luhak Nan Tuo tetap menjadi pusat kebudayaan Minangkabau serta bagian penting dalam jaringan budaya Melayu di Asia Tenggara. Semangat kolektivitas dan kepedulian sosial yang ditanamkan dalam gerakan ini menjadi harapan bagi generasi penerus dalam menjaga warisan budaya yang berharga.(*)