Catatan Revdi Iwan Syahputra
Idulfitri bukan sekadar perayaan kemenangan setelah sebulan berpuasa. Lebih dari itu, ia adalah momentum refleksi, bersih-bersih diri, serta mengembalikan nilai-nilai kejujuran dan keadilan dalam kehidupan. Di tengah gegap gempita takbir yang berkumandang di seantero Sumatera Barat, ada satu renungan yang tak boleh luput: bagaimana membangun negeri ini dengan nilai-nilai ketakwaan yang sebenar-benarnya, tanpa tercemar korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Bayang-Bayang Korupsi di Ranah Minang
Sumatera Barat, tanah yang dikenal dengan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, sejatinya memiliki fondasi kuat dalam menjunjung nilai-nilai keadilan dan transparansi. Namun, sejarah mencatat bahwa berbagai kasus korupsi dan praktik nepotisme tetap saja terjadi. Dari pengelolaan anggaran daerah hingga proyek pembangunan, tak jarang publik mendengar kabar miring tentang dugaan penyalahgunaan kekuasaan.
Masyarakat Minangkabau yang terkenal dengan semangat musyawarah dan demokrasi adat, harus kembali mempertanyakan: apakah nilai-nilai adat masih dijunjung tinggi dalam pemerintahan? Ataukah sistem politik modern telah menjebak para pemimpin dalam lingkaran kepentingan pribadi dan golongan?
Idulfitri dan Semangat Reformasi
Di hari yang suci ini, kita diingatkan untuk kembali kepada fitrah. Jika Idulfitri mengajarkan pentingnya kejujuran dan pembersihan diri, maka seharusnya semangat itu juga diterapkan dalam tata kelola pemerintahan. Tanpa transparansi, Sumatera Barat tak akan bisa maju. Tanpa akuntabilitas, pembangunan hanya akan menjadi ladang bagi segelintir orang yang mencari keuntungan pribadi.
Momentum ini harus dijadikan titik tolak bagi para pemimpin daerah untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat. Sumatera Barat yang kaya akan potensi alam dan budaya bisa melesat maju jika dikelola dengan bersih dan jujur. Korupsi, kolusi, dan nepotisme hanya akan memperlambat laju kemajuan, memperburuk ketimpangan sosial, dan merusak sendi-sendi ekonomi daerah.
Ekonomi Sumbar: Butuh Kejujuran, Bukan Kepentingan Pribadi
Perekonomian Sumatera Barat memiliki peluang besar untuk berkembang, terutama di sektor pariwisata dan UMKM berbasis budaya lokal. Namun, kemajuan ekonomi sering terhambat oleh birokrasi yang tak efisien dan kebijakan yang lebih mengutamakan kepentingan segelintir elite.
Tanpa sistem yang transparan dan berpihak kepada masyarakat, investasi yang masuk ke daerah ini bisa saja berujung pada proyek-proyek yang tak benar-benar memberi manfaat bagi rakyat banyak. Oleh karena itu, pasca-Idulfitri ini, penting bagi semua pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa setiap rupiah yang digunakan dalam pembangunan benar-benar sampai ke tangan yang membutuhkan.
Membangun Sumbar dengan Prinsip Amanah
Dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah. Seorang pemimpin tidak hanya bertanggung jawab kepada rakyat, tetapi juga kepada Allah. Jika prinsip ini benar-benar dipegang, maka tidak akan ada lagi kepala daerah yang tersandung kasus korupsi, tidak ada lagi proyek mangkrak karena permainan anggaran, dan tidak ada lagi pejabat yang hanya memikirkan keluarganya sendiri dalam penempatan jabatan.
Masyarakat juga harus lebih berani mengawasi jalannya pemerintahan. Jika ada penyimpangan, harus segera diungkap. Jika ada praktik nepotisme, harus dilawan. Idulfitri adalah simbol pembersihan diri, dan semangat itu harus diterjemahkan dalam sistem pemerintahan yang lebih bersih dan transparan.
Harapan untuk Sumatera Barat
Idulfitri di Sumatera Barat bukan hanya tentang pulang kampung, makan rendang, atau bersilaturahmi dengan keluarga. Ini adalah momen refleksi bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama mereka yang diberi amanah untuk memimpin. Jika Idulfitri mengajarkan kita untuk kembali ke kesucian, maka sudah seharusnya itu juga tercermin dalam cara kita mengelola daerah ini.
Mari jadikan Idulfitri ini sebagai titik awal untuk membangun Sumatera Barat yang lebih adil, transparan, dan berintegritas. Sebab hanya dengan itu, kita bisa benar-benar meraih kemenangan, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Selamat berhari raya Idulfitri, mohon maaf lahir dan bathin.(*)
Penulis adalah Jurnalis pemegang kompetensi Wartawan Utama, pernah menjadi Pemimpin Redaksi dibeberapa media cetak dan online.