Opini

Pensiun ala Dr Aqua Dwipayana: Dari Birokrasi ke Harmoni Hidup

×

Pensiun ala Dr Aqua Dwipayana: Dari Birokrasi ke Harmoni Hidup

Sebarkan artikel ini

Catatan: Revdi Iwan Syahputra

Ada sesuatu yang menggugah saat saya membaca tulisan Bang Dr Aqua Dwipayana berjudul “Nikmati Pensiun, Jangan Kembali Jadi Pegawai.” Di balik narasi yang tampak sederhana itu, saya menemukan kilauan makna yang dalam—refleksi kehidupan yang bukan hanya membebaskan, tetapi juga memerdekakan jiwa.

Tulisan itu bukan sekadar catatan pengalaman pribadi, melainkan suluh yang menerangi jalan bagi siapa pun yang tengah atau akan menghadapi fase pensiun. Sebuah fase yang sering kali disambut dengan rasa khawatir, galau, bahkan takut kehilangan identitas.

Baca Juga:  Baju Dinas dan Menebalkan Kembali Harapan Rakyat 

Namun, Bang Aqua yang juga pakar Komunikasi dan Motivator Nasional ini, mampu memutarbalikkan stigma itu secara elegan. Ia hadir dengan suara jernih yang menyejukkan. Sebagai seseorang yang sudah dua puluh tahun menikmati masa pensiun, ia tidak hanya bercerita, tetapi juga memberi harapan: bahwa pensiun adalah babak baru kehidupan yang bisa dijalani dengan syukur dan makna.

Baca Juga:  Bangkitkan Semangat dan Profesionalisme: Dr Aqua Dwipayana Suntik Motivasi Pegawai TVRI Maluku

Hidup Tanpa Atasan, Tapi Penuh Tujuan

Kalimat pembuka tulisannya begitu kuat dan merdeka:

“Selamat jadi orang ‘bebas merdeka’. Menikmati atasan satu-satunya hanya TUHAN. Terbaik di antara semuanya.”

Pensiun bukan soal berhenti bekerja, melainkan soal berpindah arah. Dari bekerja karena kewajiban, menjadi berkarya karena panggilan hati. Dari taat pada sistem dan struktur, menjadi tunduk pada nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan yang hakiki.

Bang Aqua tidak berhenti berkarya saat pensiun. Justru, dari apa yang saya pelajari dari tulisannya, ia memaksimalkan fase ini untuk melayani lebih banyak orang—tanpa sekat jabatan, tanpa pamrih. Pengalaman hidupnya menjadi alat bantu orang lain menapaki jalan serupa. Dan dari situlah, saya merasakan makna lain dari kata “pengabdian.”

Baca Juga:  Tiga Irwan, Tiga Cahaya: Inspirasi dari Sang Pelintas Zaman untuk Keluarga Besar Ikasmantri

Menjawab Dua Ketakutan Pensiunan

Satu bagian penting dari tulisannya adalah tentang dua kekhawatiran umum para pensiunan: kehilangan penghasilan dan kehilangan penghargaan sosial. Namun, Bang Aqua memberi kesaksian sebaliknya.

“Rezeki dalam bentuk materi jumlahnya lebih besar dibandingkan saat masih jadi pegawai. Penghormatan dari orang lain malah lebih besar meski tanpa jabatan.”

Bagi saya, ini adalah bukti bahwa keberkahan tidak bergantung pada struktur organisasi, melainkan pada nilai dan kontribusi pribadi. Ketika seseorang menata niat dengan tulus dan terus melangkah dengan ikhlas, kehidupan justru menyediakan jalan yang tak pernah disangka.

Menjadi Diri Sendiri

Ada satu kalimat yang menghentak dan membekas dalam benak saya:

“Kunci utamanya ada pada diri sendiri”

Sederhana, tapi itulah inti dari segala pencarian. Pensiun menjadi jalan pulang ke rumah jiwa, tempat seseorang bisa benar-benar menjadi dirinya sendiri, tanpa topeng jabatan, tanpa kekangan sistem. Dan Bang Aqua berhasil mencontohkan bahwa hidup yang demikian justru lebih bermakna.

Dengan usianya yang masih sangat produktif, ia membagikan energi untuk kegiatan sosial, inspirasi, dan motivasi kepada ribuan orang. Ia tidak kembali menjadi pegawai, karena ia telah menemukan panggilan yang lebih besar: menjadi perantara kebaikan.

Melalui tulisan itu, saya merasa seolah sedang berdialog dengan diri saya sendiri. Bahwa hidup ini bukan tentang siapa kita di atas kertas, tetapi siapa kita di mata Tuhan dan sesama. Pensiun bukan akhir jalan. Justru, bisa jadi itu titik tolak dari hidup yang sesungguhnya.

Saya belajar satu hal besar dari Bang Aqua: jangan takut pensiun. Persiapkanlah dengan hati yang lapang, pikiran yang positif, dan niat yang kuat untuk terus memberi makna. Pendidikan dan pengalaman adalah modal. Tapi kunci utamanya tetap satu: syukur dan ikhlas.

Dan akhirnya, saya ingin mengutip penutup tulisannya yang begitu hangat:

“Selamat menikmati pensiun dengan kualitas hidup yang jauh lebih baik. Salam hormat buat keluarga.”

Bagi saya, ini bukan sekadar pesan, tapi doa yang menyentuh. Maka, terima kasih Bang Aqua, atas pelajaran berharga ini. Semoga semakin banyak yang tercerahkan oleh jejak langkah dan keteladananmu.(*)

Penulis adalah Jurnalis pemegang kompetensi Wartawan Utama, tinggal di Padang, Sumatera Barat 

Example 120x600