Padang, SESUMBAR.COM – Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional ke-75, Bioskop Minikito dan Padang Berisi[k] menggelar “Sinema Malam #3” di Minarko Andaleh pada 24 Maret 2025. Acara ini menghadirkan film pendek berjudul *Hujurat*, karya Yasir Coeg dengan arahan sutradara Bahrul Oey, yang mengangkat tema besar Hari Film Nasional, *Sejuta Kisah Satu Indonesia*.
Film berdurasi tujuh menit ini mengisahkan persahabatan dua pemuda berbeda etnis dan agama. Tokoh Tasamuh, pemuda Minang beragama Islam, diperankan oleh M. Khairul Husein, sementara Ucok, pemuda Batak beragama Kristen, diperankan oleh Habib Jatmika Imam. Dengan latar perjalanan menuju Kota Bukittinggi, film ini menggambarkan nilai persaudaraan yang diuji oleh konflik dan perbedaan.
Dalam cerita, Tasamuh dan Ucok berangkat dengan sepeda ontel, membawa satu rantang nasi pemberian ibu Tasamuh. Di tengah perjalanan, mereka mengalami kendala teknis, yang menyebabkan Ucok tanpa sadar meninggalkan rantang tersebut. Ketika mereka tiba di landmark “BUKITTINGGI”, Tasamuh yang menyadari kehilangan itu murka dan meninggalkan Ucok. Ucok pun mengalami diskriminasi verbal dari warga setempat karena perbedaan keyakinan. Pada akhirnya, Tasamuh menyadari kesalahannya dan kembali mencari sahabatnya. Dalam adegan emosional, ia meminta maaf seraya mengingat makna namanya, *Muhammad Tasamuh*, yang berarti toleransi.
Usai pemutaran film, diskusi digelar dengan menghadirkan Yasir Coeg selaku pembuat film, Firdaus selaku akademisi dan dosen Sosiologi Universitas PGRI Sumatera Barat (UPGRISBA), Suherman selaku manajer talent dari OG Talent Manajemen, serta Donny Eros sebagai moderator sekaligus kurator Bioskop Minikito.
Yasir Coeg menjelaskan bahwa inspirasi film ini datang dari keresahan teman-temannya asal Sumatera Utara yang kerap mengalami tantangan beradaptasi di lingkungan baru. “Kami ingin mengingatkan bahwa intoleransi hanya menciptakan sekat, sementara keberagaman adalah kekayaan yang harus dijaga,” ujarnya.
Sementara itu, Firdaus menyoroti peran film dalam menyampaikan pesan sosial. “Film adalah medium yang mampu merekam realitas dan menghadirkan dampak nyata bagi masyarakat. *Hujurat* adalah contoh bagaimana film bisa menyuarakan toleransi dalam bingkai budaya lokal,” katanya.
Di sisi lain, Suherman menekankan pentingnya penguatan karakter dalam akting. “Penonton harus benar-benar percaya pada karakter yang ditampilkan agar pesan film tersampaikan dengan baik,” ujarnya.
Donny Eros juga menyoroti tantangan dalam produksi *Hujurat*. Dengan keterbatasan anggaran, kru harus tidur di depan ruko, menggendong sepeda di Jenjang Seribu, dan menjalani syuting setiap akhir pekan selama empat pekan. “Menurut saya, proses produksinya lebih menarik daripada filmnya sendiri!” canda Eros, disambut tawa hangat audiens.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pengelola Puncak Gagoan Solok, Pemuda Aia Batumbuk Solok, Polsek Kota Bukittinggi, serta Dishub Kota Bukittinggi, turut membantu kelancaran produksi film ini.
Menutup diskusi, Yasir mengajak komunitas film untuk terus berkarya. “Kini sudah ada wadah seperti Bioskop Minikito untuk menampilkan film-film lokal. Mari terus berkarya agar industri kreatif di Kota Padang semakin berkembang,” pungkasnya penuh semangat. (*/ysr)