Padang, SESUMBAR.COM – Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi (PDRPI) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand) kembali menorehkan prestasi. Pada Senin, 2 Juni 2025, lembaga riset ini meluncurkan dua produk bioteknologi baru: Taq Polimerase dan Reverse Transcriptase, dua enzim penting sebagai bahan baku utama dalam diagnosis molekuler.
Peluncuran ini menandai inovasi ke-34 dan 35 yang telah dihasilkan PDRPI sejak berdiri pada 2012. Inovasi sebelumnya mencakup berbagai kit deteksi molekuler untuk penyakit seperti Human Papilloma Virus (HPV), Tuberkulosis, Pneumonia, Typoid, hingga COVID-19.
“Tidak banyak lembaga riset di Indonesia yang mampu memproduksi enzim ini. Selama ini, semuanya diimpor dari negara seperti Amerika, Tiongkok, atau Eropa,” ujar Dr. dr. Andani Eka Putra, MSc, Ketua Tim Peneliti PDRPI.
Produksi dua enzim tersebut tidak hanya akan menekan biaya reagen PCR secara signifikan, tetapi juga meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) produk diagnosis molekuler dari rata-rata 40-50% menjadi 65-80%.
Menurut Dr Andani, Taq Polimerase digunakan untuk memperbanyak DNA agar dapat dianalisis, sedangkan Reverse Transcriptase berfungsi mengubah RNA menjadi DNA. Kedua enzim ini dikembangkan menggunakan teknologi rekayasa genetika penuh.
Menariknya, bakteri sumber Taq Polimerase ditemukan di air panas kawasan Solok, Sumatera Barat—yakni di Bukit Kili Kecil, Bukik Gadang, dan Batu Bajanjang. Bakteri seperti Anoxybacillus flavithermus dan Tepidimonas ignava diisolasi untuk kemudian dimasukkan ke dalam bakteri E. coli agar mampu memproduksi enzim tersebut dalam skala besar.
Sementara itu, Reverse Transcriptase dikembangkan melalui penyintesisan urutan DNA tanpa melibatkan bakteri indukan dari alam.
Produk ini dikomersialkan oleh mitra strategis PDRPI, PT Crown Teknologi Indonesia (CTI), yang juga menanggung seluruh biaya riset. Kerja sama erat ini menjadi model sinergi antara perguruan tinggi dan industri dalam pengembangan produk dalam negeri.
PDRPI juga aktif berkolaborasi dengan berbagai rumah sakit dan institusi pendidikan tinggi, seperti RSUP M Djamil Padang, RSUP Karyadi Semarang, RSUP Wahidin Makassar, serta kampus-kampus ternama seperti UI, UGM, Unpad, USU, dan Unhas.
Dua produk lain dari PDRPI saat ini sedang diuji coba oleh Kementerian Kesehatan: program skrining Tuberkulosis di delapan provinsi dan validasi panel deteksi infeksi paru (Pneumonia) di tiga rumah sakit, termasuk RSUP M Djamil.
Ke depan, PDRPI tengah menyiapkan pengembangan vaksin untuk Tuberkulosis dan HPV serta berbagai alat diagnosis berbasis antibodi, baik monoklonal maupun poliklonal.(*)