Menebar Kebaikan Lewat Tulisan: Ketika Kata-Kata Menjadi Ladang Amal
Oleh Dr Aqua Dwipayana
Fukuoka, Jepang – Setiap pagi adalah peluang baru untuk menyapa ribuan hati, bukan lewat suara, tapi lewat kata-kata. Itulah yang saya rasakan selama berpuluh tahun menulis dan membagikan refleksi, inspirasi, serta pengalaman hidup kepada belasan ribu anggota Komunitas Komunikasi Jari Tangan.
Saya tidak pernah menyangka, tulisan-tulisan sederhana yang dikirimkan secara rutin itu kini banyak diminta untuk dimuat ulang oleh berbagai media, terutama media online. Hampir setiap hari, ada saja pengelola media yang menghubungi, meminta izin untuk menerbitkan kembali tulisan saya. Alasan mereka pun serupa: “Tulisannya menyentuh dan bermanfaat untuk banyak orang.”
Mendengar itu, hati saya diliputi rasa syukur yang dalam. Apresiasi itu bukan hanya dorongan moral, tapi juga semangat baru untuk terus menulis. Bagi saya, selama esensinya tidak diubah, siapa pun boleh membagikan atau memuat tulisan-tulisan tersebut. Karena pada akhirnya, misi utama saya adalah berbagi kebaikan.
Menulis dengan Hati, Menyentuh yang Tak Terlihat
Setiap kali ide datang—baik dari pengalaman pribadi, cerita orang lain, atau pengamatan terhadap kehidupan—saya merenung sejenak. Apa pesan yang ingin saya sampaikan? Bagaimana menyusunnya agar mudah dicerna dan bermakna? Saya membayangkan alur dari awal hingga akhir, memastikan ada hikmah di setiap kesimpulan.
Menulis bagi saya bukan sekadar aktivitas berbagi informasi. Ini adalah upaya menyentuh batin, menemani orang-orang yang tengah diuji kehidupannya, dan mengingatkan yang lupa untuk tetap bersyukur. Melalui tulisan, saya percaya, kita bisa hadir di kehidupan banyak orang—tanpa harus bertatap muka.
Ucapan Terima Kasih untuk Para Penyambung Kebaikan
Saya selalu mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang memuat atau menyebarkan tulisan saya. Mereka adalah perpanjangan tangan dari semangat berbagi yang saya bangun. Pesan saya hanya satu: jangan ubah esensinya. Karena setiap kata dirangkai dengan niat tulus dan rasa tanggung jawab untuk memberikan manfaat.
Yang membuat saya terharu, banyak anggota Komunitas Jari Tangan yang menanti tulisan-tulisan saya. Bila saya tidak menulis dalam waktu lama, mereka menghubungi dengan sabar, menanyakan kabar dan berharap saya segera kembali menyapa mereka lewat tulisan.
Menulis adalah Ibadah yang Terus Mengalir
Insya Allah, saya akan terus menulis. Karena saya percaya, menulis adalah bentuk ibadah. Setiap kalimat yang menginspirasi, menghibur, dan memotivasi adalah ladang amal yang tak terputus. Dengan menulis, saya bisa menjangkau ribuan orang setiap hari. Meski berjauhan secara fisik, hati kami dekat dalam makna.
Semoga setiap tulisan yang telah dan akan saya bagikan dapat memberi manfaat maksimal bagi semua yang membacanya.(*)
Dari Fukuoka, Jepang, saya ucapkan selamat menebar kebaikan melalui tulisan. Salam hangat untuk keluarga tercinta.
22.45 – 11 Mei 2025