Tulungagung, SESUMBAR.COM –Suasana hangat dan penuh keberkahan mengiringi pertemuan dua tokoh penting asal Tulungagung, Minggu sore (8/6/2025). Di rumah yang menempel langsung dengan Masjid Al Fattah—yang kini viral karena keunikannya—pengusaha sepuh yang dikenal dermawan dan religius, Mbah Sutrimo, menerima tamu istimewa: Kepala Staf Komando Armada Republik Indonesia, Laksda TNI Eko Wahjono.
Pertemuan itu berlangsung santai namun penuh makna. Selama sekitar dua jam, keduanya larut dalam percakapan yang mengalir, membahas nilai-nilai kehidupan, ketauhidan, dan cinta Tanah Air. Puncak momen haru dan spiritual terjadi ketika Mbah Sutrimo mengajak Laksda Eko memegang langsung kiswah penutup Ka’bah tahun 2004 yang terpasang di masjid tersebut—sebuah simbol kesucian yang sangat dimuliakan umat Islam.
“Masya Allah, Mbah Sutrimo adalah sosok sepuh yang luar biasa. Beliau bukan hanya dermawan, tapi juga sangat taat dalam ibadah dan penuh karomah. Saya sangat menghormati dan mengaguminya,” ujar Eko dengan mata berkaca-kaca, menandakan kekaguman dan rasa syukurnya atas pertemuan tersebut.
Sementara itu, Mbah Sutrimo membalas dengan pujian yang tulus. Baginya, Laksda Eko bukan hanya perwira tinggi TNI AL, tetapi juga pribadi yang bersahaja dan memiliki kecerdasan spiritual yang mengesankan. “Beliau sederhana, tutur katanya santun, dan sangat rendah hati. Jarang ada pemimpin militer yang sekaligus punya jiwa ruhaniah yang kuat seperti beliau,” ungkap Mbah Sutrimo dengan mata berbinar.
Keduanya sama-sama mengucap syukur atas pertemuan itu. Tak lupa, mereka menyampaikan terima kasih kepada pakar komunikasi dan motivator nasional, Dr Aqua Dwipayana, yang telah mempertemukan mereka.
“Saya sangat bersyukur bisa menjadi penghubung silaturahmi antara dua pribadi luar biasa ini. Keduanya adalah teladan dalam bidang masing-masing: Mbah Sutrimo dalam kedermawanan dan keteguhan iman, Laksda Eko dalam kepemimpinan yang bijak dan spiritual,” ungkap Dr Aqua.
Ia menambahkan, pertemuan ini bukan sekadar silaturahmi biasa, melainkan bagian dari dakwah kebangsaan dan ukhuwah Islamiyah yang dibangun melalui cinta, ketulusan, dan saling menghormati. “Kalau semua pemimpin bangsa bisa seperti mereka—rendah hati, dekat dengan rakyat, dan cinta ibadah—insya Allah Indonesia akan semakin diberkahi,” pungkas Dr Aqua penuh harap.
Dalam suasana penuh kehangatan dan keimanan itu, ucapan “Alhamdulillah” menjadi penutup yang indah dari pertemuan dua insan yang bersatu dalam nilai kebaikan, keikhlasan, dan cinta kepada Sang Pencipta.(*)
