Banjar Baru, SESUMBAR.COM — Seorang pemimpin sejati tidak hanya dihormati karena jabatannya, tetapi karena sikap dan keteladanan dalam keseharian. Hal itulah yang dirasakan langsung oleh Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana, saat bertemu dengan Kepala Kantor Wilayah Jasa Raharja Kalimantan Selatan, Abdillah, di Makassar, Sabtu sore (31/5/2025).
Meski baru pertama kali bertatap muka, keduanya langsung terhubung dalam perbincangan hangat dan penuh makna di lobi Hotel The Rinra Makassar. Percakapan mereka mengalir begitu saja, membahas berbagai topik, dari kehidupan hingga kegemaran Abdillah pada olahraga marathon.
Namun, bukan hanya isi percakapan yang membekas dalam benak Dr Aqua. Yang lebih menyentuh adalah sikap rendah hati dan penghargaan Abdillah terhadap tamunya. Di tengah kesibukan dan kelelahan usai mengikuti Makassar Half Marathon (MHM) 2025 sejauh 21 km, Abdillah tetap menyampaikan niat tulusnya untuk menjemput langsung Dr Aqua di Bandara Syamsudin Noor Banjar Baru pada Minggu malam (1/6/2025).

“Minggu malam saya jemput Pak Aqua di Bandara Syamsudin Noor Banjar Baru. Sampai ketemu lagi,” ucap Abdillah santun saat berpamitan.
Dr Aqua sempat menyarankan agar Abdillah tidak perlu menjemput karena ia baru tiba sore hari di bandara yang sama, dan perjalanan dari Banjarmasin ke Banjar Baru juga cukup jauh. Tapi Abdillah tetap bersikeras. Bagi pria asal Brebes itu, menyambut tamu dengan sepenuh hati adalah prinsip yang tak bisa ditawar.
“Saya banyak belajar dari Pak Abdillah, termasuk bagaimana memuliakan tamu dengan penuh ketulusan. Ini keteladanan yang langka di masa kini,” ungkap Dr Aqua dengan nada kagum.
Di luar sikap hangatnya, Abdillah juga menyimpan kisah inspiratif lain. Sejak tahun 2018, ia menekuni olahraga lari jarak jauh dan menjadikannya bagian dari gaya hidup. Baginya, marathon bukan sekadar olahraga, tetapi sarana untuk melatih konsistensi, disiplin, dan daya tahan mental—nilai-nilai yang ia terapkan pula dalam kepemimpinannya.
Dr Aqua menyimak kisah hidup Abdillah dengan antusias. Ia menyebut bahwa seluruh pengalaman Abdillah, baik sebagai birokrat maupun pelari, layak dibukukan.
“Semua pengalaman Pak Abdillah sangat inspiratif dan bisa menjadi sumber motivasi bagi banyak orang. Saya yakin, kalau ditulis jadi buku, akan sangat bermanfaat,” ujarnya penuh semangat.
Silaturahmi singkat itu mungkin hanya berlangsung beberapa jam, tapi meninggalkan kesan yang dalam. Sebuah pertemuan yang mempertemukan dua pribadi berbeda latar namun satu frekuensi: sama-sama mencintai nilai-nilai kebaikan, ketulusan, dan kerja keras.
Di tengah zaman yang serba cepat dan formalitas yang dingin, kisah ini menjadi pengingat bahwa menjadi pemimpin bukan soal kursi atau pangkat, tapi tentang sikap dan hati. Dan Abdillah, dengan segala kesederhanaannya, telah memberikan contoh nyata akan hal itu.(*)